Translate

Minggu, 28 September 2014

Sabun Herbal Antiseptik

Sabun Herbal Antiseptik

Andri Hermawan, Anisa Ulfatu Aeni, Dwivie Tasya A., Whasfi Velasufah
Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

Dosen Pembimbing: Adi Riyadhi, M.Si


Abstrak

Pada era modern ini jenis bakteri yang merugikan manusia semakin banyak. Hal inilah yang mendasari pembuatan sabun yang mengandung zat antiseptik untuk mencegah bakteri merugikan untuk berkembangbiak. Kebanyakan produsen sabun menggunakan bahan kimia yang kurang bagus untuk kulit manusia. Percobaan ini bertujuan untuk membuat formula sabun herbal yang tepat dengan bahan-bahan yang aman dan terjangkau. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah pemanasan dan mixing. Hasil percobaan berupa sabun herbal antiseptik dengan pH 13. Dengan demikian sabun yang dihasilkan kurang optimal karena pH yang terbentuk terlalu basa sehingga untuk proses pembuatan sabun ke depannya harus menggunakan jeruk nipis yang lebih banyak dari percobaan ini.



 Pendahuluan

Sabun awalnya dibuat oleh bangsa babylonia dari abu, asam, dan minyak zaitun. Resep yang ditulis diatas lembaran-lembaran tertulis bahwa sabun dibuat dari air, alkali, dan minyak akasia; tidak terlalu berbeda dari bahan-bahan pembuat sabun di masa yang modern ini. Sabun juga muncul pada zaman kekaisaran roma kuno, dimana nama sabun berasal dari nama gunung “Mount Sapo” yang sering digunakan saat persembahan kepada dewa.
Sabun mandi saat ini yang dijual di pasaran sebenarnya bukan benar – benar sabun, mungkin lebih tepat disebut detergent bar. Karena terdiri dari Sodium Lauryl Sulphate atau Sodium Laureth Sulphate yang merupakan bahan utama dalam pembuatan detergent. SLS ini dapat membuat kulit menjadi kering dan iritasi.
Karena kecenderungan zaman sekarang back to nature, maka dibuatlah sabun herbal yang dibuat dari bahan kimia yang sangat sedikit dan relatif aman. Sabun Herbal ini pun dapat menjanjikan keuntungan yang besar bagi usahawan.


Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan antara lain; gelas beaker, gelas ukur, batang pengaduk, heater, pH indikator, labu ukur, neraca analitik, stirrer, cawan petri, pipet tetes, plastik dan aluminium foil.
Bahan yang digunakan dalam percobaan antara lain; NaOH 6%, minyak kelapa, minyak sawit, minyak zaitun, aquadest dan asam sitrat.


Prosedur Kerja

1.     Ditimbang semua minyak masing-masing 25 mL. Lalu dipanaskan didalam gelas beaker sampai suhu ± 45°C. Diaduk dengan menggunakan stirrer hingga homogen.
2.     Ditambahkan NaOH 50 mL, daduk hingga sabun terbentuk. Lalu ditambahkan 5 mL Asam sitrat.
3.     Uji sabun dengan pH indikator, kemudian tuang sabun ke dalam cetakan yang telah dialasi plastik. Diamkan selama ±24 jam.


Hasil dan Pembahasan

            Berdasarkan percobaan didapatkan sabun padat dengan ekstrak jeruk nipis yang memiliki ph 13 dan dapat menghasilkan busa yang cukup banyak.
           

Indikator
Hasil
pH
13
Wangi
+
Busa
+
Bentuk
Padat
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Sabun Herbal


Pembahasan

Sabun terbuat dari garam alkali asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam basa. Proses pembuatan sabun disebut saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak dan basa alkali(NaOH) seperti yang terlihat pada reaksi di bawah ini:

Penambahan minyak kelapa berpengaruh pada banyaknya busa yang dihasilkan oleh sabun. penggunaan stirrer berfungsi untuk mempercepat proses saponifikasi. Berdasarkan literatur, minyak zaitun memiliki khasiat untuk menghaluskan dan melembutkan kulit. Jeruk nipis sebagai antioksidan dan dapat mengangkat sel-sel kulit mati pada kulit.
Standar pH sabun yang sesuai untuk kulit yaitu sekitar 7-9. Jika terlalu basa, sabun dapat menyebabkan gatal-gatal ataupun iritasi kulit. Namun, pH yang dihasilkan pada percobaan adalah 13. Dengan demikian sabun yang dihasilkan kurang sesuai dengan standar.

Kesimpulan

Dari hasil percobaan, sabun tidak memenuhi persyaratan untuk layak digunakan pada kulit karena memiliki pH 13. Bahan yang digunakan untuk pembuatan sabun herbal ini bermanfaat bagi kulit.


Daftar Pustaka

Fessenden & Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Idrus, Ahmad, dkk. 2013. Jurnal: Pemanfaatan Kemangi sebagai Subtitusi Aroma pada Pembuatan Sabun. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kurdi, Aserani. 2010 . Tanaman Herbal Indonesia. Tanjung.

Kurnia, Farid, dkk. 2008. Jurnal Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan Soda. Semarang: Universitas Diponegoro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar